Saya bukan orang yang terbiasa mendapatkan cerita cinta yang menyenangkan. Bahkan kebanyakan dari cerita cinta saya cenderung menyayat *hiperbola. Pengalaman - pengalaman buruk saya mengenai cinta ini membuat saya secara tidak sadar mengalami trauma. Semua itu terjadi begitu saja dan tidak saya sadari sampai suatu saat salah satu teman saya berkata " Lo itu sebenernya trauma sama cinta". Bercanda sih ngomongnya tapi saya jadi kepikiran. Sangkalan, itu yang pertama kali keluar dari mulut saya. Kayaknya sakit saya sama cinta gak segitu banget deh sampe bikin trauma.But unfortunately, it's true.
Saya sadari itu benar ketika saya mencoba merajut kisah yang kata orang indah tapi sampai sekarang saya belum pernah merasakan dimana indahnya. Yup, cinta. Sayang, saya sudah sayang dengan pria itu. Cinta, yah sudah cukup cinta rasanya dengan dia.Perhatian, apalagi. SMS mengingatkan jangan lupa makan, ucapan selamat pagi dan selamat tidur sudah cukup sering terlontar dalam hubungan yang belum jelas statusnya ini. Kalo saya rasa modal itu sudah cukup bagi saya untuk bisa kembali menjalin hubungan dengan pria lainnya. Tapi kenapa rasanya saya tidak begitu yakin dengan yang akan saya jalani ya. Yang salah bukan dari pihak pria, tetapi saya.
Saya masih takut disakiti (lagi). Takut dibohongi (lagi). Takut dipermainkan (lagi). Ketika pria itu bertingkah aneh sedikit atau lama memberi kabar kepada saya, pikiran negatif yang langsung telintas di otak saya. Saya selalu berpikir "apa dia bosen ya sama saya??" atau "apa dia iseng sama saya ya kemaren dan sekarang sudah dapat yang baru ya??" Cape sih berpikir seperti itu. Menyiksa batin dan pikiran. Tapi bukan mau saya berpikir seperti itu. Semuanya di luar kendali pikiran saya.Dan paling bodohnya, semua pikiran dan prasangka buruk saya itu salah. Ternyata dia punya alasan lain yang sama sekali tidak seperti di pikiran saya dan sama sekali tidak ada maksud membuat saya cemas dan berpikir aneh - aneh tentang dia.
Bercerita dengan salah satu teman saya yang lain, saya mulai mendapatkan jawaban mengapa saya terus berpikiran negatif seperti itu.
"Itu namanya antisipasi. Udah sering disakiti jadi merasa takut terulang lagi"
Wow... tanpa berpikir saya langsung meng-iya-kan jawabannya. Betapa tidak, hal itu sungguh masuk di akal saya (saya tipe orang yang rasional sekali).
Saya yang sudah sering kali mengalami jatuh bangun dalam hal cinta, mengalami trauma tersendiri ketika ingin memulai kisah baru dengan orang lain dan tanpa saya sadari saya selalu berpikiran negatif sebagai tindakan antisipasi kalau - kalau nanti saya benar akan mengalami jatuh (lagi). Amit - amit deh tapi. Entah itu merupakan hal yang benar atau salah, sampai sekarang saya juga belum tau dan sampai sekarang hal itu masih terjadi pada saya.
GBU
Johana Narwasti
GBU
Regards,
Johana Narwasti
0 comments:
Post a Comment