Pahlawan Devisa ??? Uang sudah, apa nyawa juga harus dikorbankan ???

Friday, February 24, 2012

Sebagai mahasiswa yang sadar,paham dan tanggap hukum, saya menaruh perhatian besar terhadap pahlawan devisa Indonesia yaitu para tenaga kerja Indonesia yang ada di luar negeri (TKI).
Larut dan lanjut. Masalah yang sama terus menjadi momok untuk bangsa ini. Kekerasan, pelecehan, penghinaan yang cenderung mengarah keperbudakan. Hanya itu yang terlihat ketika melihat berita - berita mengenai TKI. 
Sedih memang melihat tanggapan pemerintah yang bisa dikatakan minim untuk hal seperti ini. Mungkin mereka berpikir masih banyak hal besar yang lebih penting dari sekedar masalah TKI. You wrong, Sir!! Kalau hal yang kalian anggap kecil saja tidak dapat kalian bereskan, bagaimana dengan yang besar??
Ada beberapa hal yang menjadi perhatian di benak saya mengenai pengiriman TKI ke luar negeri. 

1. Negara Tujuan
Belajar dari pengalaman, Indonesia seharusnya sudah dapat memilah negara mana yang seharusnya menjadi prioritas mereka dalam mengirimkan warganya untuk bekerja. Membuka kembali catatan para TKI sebelumnya, melihat hal - hal mulai dari hal keberangkatan, progres kerja mereka di negara tujuan, penghasilan hingga catatan kepulangan mereka. Ketika disana didapatkan catatan buruk seperti pernah terjadinya kekerasan, pelecehan atau mungkin dari sisi finansial tidak sesuainya upah yang diterima maka seharusnya pemerintah sudah mengenyampingkan negara tersebut sebagai negara tujuan pengiriman TKI.

2. Sistem Informasi
Saya tidak melihat sistem pengarsipan dan sistem penggunaan arsip yang baik oleh pemerintah ketika melihat kasus - kasus TKI yang terjadi. Ketika para TKI tersebut dikirimkan ke negara tujuannya tentu mereka diminta memenuhi berbagai syarat administrasi dan surat - surat yang isinya antara lain identitas mereka. Ketika seluruh persyarataan itu telah dipenuhi dan mereka telah berangkat, saya rasa semua syarat adminstrasi dan surat - surat itu menjadi sampah di kantor pemerintahan. Kalau begitu, itu semua hanya formalitas ??? Bisa jadi. Ya mungkin mereka memang mempunyai sistem informasi atau database yang berisi informasi mengenai TKI yang berada di luar negeri tetapi sayangnya hal itu tidak dimanfaatkan semaksimal mungkin.
Sistem informasi tersebut sebenarnya dapat dijadikan senjata oleh pemerintah untuk meminimalisir kasus - kasus seperti kekerasan, pelecehan atau pembunuhan terhadap TKI. Pemerintah dapat membuat suatu sistem pengecekan terhadap aktualisasi sistem infomasi tersebut. Tujuannya untuk memastikan apakah data yang mereka punya masih valid-kah. Jika memang sudah tidak valid, nantinya dapata dicaritahu penyebabnya. Misal, dalam sistem informasi dicantumkan mengenai tanggal keberangkatan, tempat ia bekerja nanti atau penanggung jawab TKI (penyalur), nomor paspor, masa berlaku visa (jika negara tujuan membutuhkan visa) dan tanggal kepulangan (sinkronisasi dengan tanggal habisnya visa). Anggap saja, visa berlaku selama 5 tahun. Seharusnya ada kewajiban dari TKI untuk melapor keberadaan mereka setiap satu tahun sekali selama 5 tahun baik secara langsung ke kedutaan, badan perwakilan setempat  ataupun melalui penyalur (sistem diatur). Dari banyaknya yang melapor akan terlihat berapa orang yang memang masih aktual dengan data sebelumnya. Jika ada yang berbeda dapat dicari tahu apakah yang bersangkutan telah pulang ke negera asal atau mengalami halangan (logis atau non logis). Kepada para majikan yang mempekerjakan TKI, mereka juga memiliki kewajiban untuk memberikan kesempatan wajib lapor TKI kepada badan perwakilan setempat. Jadi tidak ada alasan dihalang - halangi oleh majikan. Jika memang terjadi, maka yang akan berurusan dengan hukum ialah majikan tersebut.
Memang terlihat sulit dan membutuhkan banyak sumber daya. Namun, itu tergantung teknis pembuatan birokrasinya. 

3. Keterampilan
Banyak hal sepele yang menjadi masalah ketika TKI terjun di lapangan kerjanya. Misal masalah keterampilan berbahasa. Mereka jelas akan dikirim ke luar negeri yang berbeda bahasa dengan Indonesia. Dan serpeti yang diketahui, bahasa adalah unsur utama dalam berkomunikasi. Bagaimana mungkin seseorang dapat melakukan pekerjaan yang menjadi kewajibannya ketika dia tidak dapat mengerti apa yang suruhkan kepadanya ??
Contoh, ketika seorang majikan menyuruh mengambilkan sendok, sang TKI malah mengambilkan garpu. Hal ini terjadi karena faktor bahasa dan biasanya cenderung membuat emosi sang majikan naik. Cikal bakal kekerasan kepada TKI : emosi meninggi.
Ketika seseroang akan dikirimkan menjadi TKI, seharusnya telah diberikan kepadanya keterampilan - keterampilan yang sifatnya umum, seperti bahasa. Ada pembekalan terlebih dahulu untuk mereka. Memang jika melihat dikebanyakan penyalur, pembekalan telah dilakukan namun nampak kurang maksimal. Dan seharusnya, sebelum memberangkatkan mereka, pemerintah melakukan tes bahasa kepada mereka agar dipastikan tidak adanya ketidakpahaman dalam berkomunikasi. Selain itu mereka juga dibekali informasi - informasi mengenai negara yang akan mereka tuju. Seperti letak kedutaan besar Indonesia di negara tersebut, nomor telepon darurat yang dapat dihubungi ketika meraka mendapatkan masalah disana serta kebiasaan - kebiasaan masyarakat negara tujuan. Agar nantinya tidak terjadi shock culture oleh mereka.
Ya, seperti yang kita ketahui Indonesia memberikan julukan kepada para TKI adalah Pahlawan Devisa. Mereka adalah salah satu penyumbang terbesar pendapatan negara berupa devisa. Jika dianalogikan dalam ilmu manajemen, TKI dapat dikatakan investor perusahaan. Perusahaan yang baik adalah perusahaan yang tidak hanya memikirkan untuk jangka pendek namun juga untuk jangka panjang. Dan jika mereka memikirkan untuk jangka panjang, investorlah salah satu beban pikiran mereka. Sama halnya dengan pemerintah, TKI memang terkesan adalah perihal yang tidak begitu penting dan sepele. Namun jika berpikiran jangka panjang, roda ekonomi Indonesia akan terus berputar oleh hal yang dianggap sepele tersebut. Keberlangsungan perekonomian akan menjadi baik jika memang benar TKI dijaga layaknya investor di perusahaan.
Mereka pahlawan. Atau belum sepenuhnya pahlawan ??? Mereka sudah banyak berkorban terutama secara finansial melalui devisa. Haruskah mereka mengorbankan nyawa mereka oleh kekerasan dan penyiksaan di negeri orang lain untuk dikatakan sepenuhnya pahlawan ??? 

Regards,
@jojotobing

0 comments:

Post a Comment

Blog contents © JOHANA'S LIFE SERIE 2010. Blogger Theme by Nymphont.